4 Mitos Seks di Indonesia
Berikut ini adalah mitos-mitos seksual yang dipercayai dan dianut masyarakat.
1. Seks adalah Sesuatu yang Alami
Ini kalimat andalan orang tua ketika ditanyai tentang seks oleh anak mereka yang sudah memasuki pubertas. Orang tua beranggapan anak-anak akan tahu dengan sendirinya. Alasannya, mereka tidak memiliki pengetahuan seksual yang memadai atau punya pengetahuan yang memadai, tapi tidak tahu cara menyampaikannya.
Fakta: anak-anak sudah melek teknologi, di mana semua informasi mudah diperoleh, termasuk tentang seksualitas. Info seksual yang diterima bisa salah dan menyehatkan.
2. Seks dan Bahayanya
Dalih ini muncul dari guru sekolah yang mengajar materi seksualitas, semisal guru biologi, guru agama, atau guru pendidikan jasmani. Pandangan ini menunjukkan bahwa seks adalah hal yang negatif. Jadi, merasa tidak perlu memberikan pendidikan seks dalam kurikulum sekolah.
Fakta: seks dianggap sebagai hal yang kotor dan orang berpandangan kenikmatan seksual sebagai sesuatu yang memalukan.
3. Perkawinan adalah Tempat yang Aman
Masyarakat Indonesia masih menganut paham bahwa seks ada dalam kerangka perkawinan dan keluarga.
Fakta: dalam dua dasawarsa terakhir, perkawinan bukan tempat seks yang aman. Epidemi HIV/AIDS masuk ke lembaga perkawinan. Penularannya bisa dari penyakit seksual menular atau penggunaan narkotik yang berujung seks dalam perkawinan yang sah.
4. Mitos Budaya Timur
Istilah "budaya Timur" membuat pembicaraan perilaku seks pranikah, di luar nikah, pelacuran, dan homoseksualitas menjadi tabu. Padahal tidak pernah jelas definisi budaya Timur. Budaya Timur dianggap sebagai reaksi terhadap budaya Barat yang bebas dan mengarah ke negatif.
Fakta: semakin ditutupi pembicaraan tentang seks, semakin mudah timbul penyimpangan seks. Contohnya adalah pornografi, pelecehan, pemerkosaan, dan perselingkuhan.
Sebagian norma seksual yang menjadi mitos seksual harus dibongkar karena membuat masyarakat tidak memiliki pengetahuan seksual yang benar dan memadai.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Apa Komentarmu Tentang Artikel Ini